Review Guru Bangsa Tjokroaminoto


Guru Bangsa Tjokroaminoto adalah film layar lebar bergenre drama biografi yang diproduksi oleh atas kerjasama Yayasan Keluarga Besar Hadji Oemar Said (HOS)  Tjokroaminoto dan Picklock Production dengan disutradarai oleh Garin Nugroho.

Film yang diproduseri oleh Christine Hakim, Dewi Umaya Rachman, Sabrang Mowo Damar Panuluh, Didi Petet, Nayaka Untara dan Ari Syar ini berkisah tentang perjuangan seorang bangsawan, Oemar Said Tjokroaminoto, yang ingin membuat bangsanya menjadi bangsa yang bermartabat, terdidik dan sejahtera.

Berdurasi sekitar 160 menit, film yang mengambil setting pada akhir tahun 1800, ketika Hindia Belanda (Indonesia) memasuki babak baru yang berpengaruh terhadap kehidupan masyarakatnya dengan gerakan Politik Etis yang dilakukan oleh pemerintah Belanda.

Aktor dan aktris kawakan

Film ini dibintangi oleh para pemain kawakan seperti Reza Rahadian, Christine Hakim, Didi Petet dan Alex Komang. Tidak ketinggalan juga akting dari para pemain muda seperti Chelsea Islan, Ibnu Jamil, Maia Estianty.

Akting mereka semua saya nilai keren-keren banget, khususnya Reza sebagai Tjoktoaminoto dan Chelsea sebagai Stella, keturunan campuran (Indo) yang bingung atas kelangsungan hidupnya di tanah Hindia Belanda.

Perjuangan tanpa kekerasan

Tjokroaminoto digambarkan sebagai sosok yang idealis, kritis, tegas, dan memiliki pembawaan yang tenang dalam menyelesaikan permasalahan. Dalam menghadapi masalah, ia tidak menggunakan kekerasan dalam pemecahannya meskipun Tjokro memiliki kekuatan yang besar untuk melakukan pemberontakan.

Tidak salah apabila Tjokroaminoto dijuluki sebagai guru bangsa, karena memang murid-murid yang dididik olehnya mampu menjadi penggerak dan tokoh bangsa kala itu antara lain Semaoen (pendiri Partai Komunis Indonesia), dan Soekarno (Proklamator dan Presiden pertama Republik Indonesia).

Atmosfer zaman dulu

Saya tidak tahu film ini syuting di mana, tapi yang jelas, keadaan yang digambarkan sangat klasik dan tempoe doeloe banget.

Rakyat miskin masih digambarkan hanya mengenakan celana untuk pria, dan kemben untuk wanita. Perbudakan rakyat pribumi oleh pemerintah Hindi Belanda juga disuguhkan dengan sangat dramatis dan kasar. Sedikit kesalahan berakibat siksa bagi para budak.

Moral

Perjuangan bisa kok dijalankan dengan strategi, otak, tanpa menonjolkan ancama dan kekerasan. Andaikan Indonesia memiliki seorang atau lebih Tjokroaminoto lain di zaman modern ini, mungkin negara kita mampu melahirkan anak-anak bangsa yang mampu membawa Indonesia menjadi lebih bermartabat.

Saya yakin, di zaman ini ada banyak sosok pejuang seperti Tjokroaminoto, yang memikirkan dan berjuang demi masa depan bangsa.

***

Secara keseluruhan, Guru Besar Tjokroaminoto merupakan film yang mengisahkan tentang tokoh bangsa yang sangat menarik, jelas dan inspiratif. Setelah nonton, saya merasa bahwa selama ini masih belum mampu memberikan peran apapun untuk kemajuan bangsa.

Dikarenakan durasinya yang panjang, rasa bosan pun kadang muncul pada adegan-adegan yang menampilkan suasana yang hening. Untunglah, mayoritas adegan pada film ini seru dan penuh dengan strategi sehingga para penonton, khususnya saya, akan diajak untuk terus berfikir tentang langkah selanjutnya yang akan diambil oleh Tjokroaminoto.

Skor 8/10

Komentar