Review Danum Baputi: Penjaga Mata Air, Pemandangan Alamnya Indah


Danum Baputi: Penjaga Mata Air merupakan film yang menyuguhkan pemandangan alam di pedalaman rimba Kalimantan yang masih sangat alami. Belum banyak terjaman tangan-tangan serakah manusia perkotaan.

Film ini adalah drama aksi pemenang 2015 Award of Excellence kategori Enviromental Competition dalam ajang Canada International Film Festival. Diproduksi oleh Sa Villa Production dan Vidi Vici Mutimedia, film ini akan tayang di bioskop Indonesia pekan ini.

Disutradarai oleh Gunawan Paggaru, film ini berkisah tentang masyarakat pedalaman Kalimantan yang masih sangat perduli dengan alam, khususnya lingkungan tempat tinggal mereka. Dikisahkan bahwa desa mereka menjadi sasaran pelaku industri untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit.

Masyarakat yang masih percaya dengan ramalan 100 tahun lalu yang mengungkapkan bahwa akan terjadi kerusakan hutan akibat ulah manusia, dan ada orang terpilih yang mampu menghentikannya yang dijuluki Danum Pembelum (Penjaga Mata Air).

Pemandangan alam indah

Menyaksikan film ini membuat saya menyadari bahwa rimba Indonesia itu memiliki keindahan yang amat sangat luar biasa. Air terjun pada aliran sungai yang jernih. Belantara luas dengan pepohonan besar yang rindang hingga masyarakat adat yang masih menjaga tradisinya.

Danum Baputi: Penjaga Mata Air menyadarkan tentang pentingnya menjaga kelestarian hutan. Masa depan anak cucu kita nanti tidak dapat ditukarkan dengan jumlah uang yang tidak seberapa dari pembangunan proyek industri yang pada akhirnya menghancurkan hutan. Hutan adalah sumber air, oksigen, hewan liar dan keseimbangan ekosistem. Apabila hutan rusak, maka hancurlah keseimbangan di sekitarnya.

Akting kaku

Keseluruhan peran tokoh sudah bagus, alami dan menunjukkan penggambaran masyarakat pedalaman yang lugu. Hanya saja ada beberapa pemain yang berperan kurang luwes seperti halnya Jovita Dwijayanti (Miss favorite dan 1st Runner Up Miss Indonesia 2013) sebagai Danum Baputi yang terasa kaku dalam film ini.

Hanya saja pemain watak senior seperti Billy Boedjanger sebagai antagonis sukses membuat penonton kesal dengan aktingnya. Apalagi dengan brewok lebat yang menutupi sebagian wajahnya semakin meyakinkan aktingnya sebagai makelar perusak hutan yang penuh dengan kelicikan. Sayangnya peran watak Yati Surachman kurang dimaksimalkan pada film ini.

Drama cinta segitiga yang berlangsung antara Danum Baputi, Penyang (Raditya Agung Yudistira) dan Akin (Reiner Manopo) berlangsung cukup menarik.

Kekuatan magis

Film ini menampilkan kekuatan magis dari beberapa tokohnya yaitu Danum Baputi, Penyang, Akin, Mantike (Arif Rahman) dan sang kepala suku, bokapnya Danum.

Kekuatan magis yang dimunculkan pada film ini adalah mampu mengeluarkan api dari tubuh oleh Akin, mengendalikan air oleh Danum, membuat gempa oleh Penyang dan menghembuskan angin kuat oleh Mantike. Seperti avatar saja, tapi ah... sudahlah.

***

Saya puas dengan film ini, kisah yang diceritakan di dalamnya menerangkan kepada penonton mengenai pentingnya menjaga kelestarian hutan dan manfaat hutan untuk kehidupan. Pantaslah jika film ini dianugerahi penghargaan dalam kompetisi lingkungan.

Konflik penduduk lokal dengan pengembang juga seru, walaupun kebanyakan adegan terasa membosankan pada awalnya. Pistol lawan kekuatan magis misterius, pusaka sakti yang mampu menembus kekebalan tubuh lawan yang memiliki ilmu tinggi. Keren!

Danum Baputi: Penjaga Mata Air merupakan film yang menginspirasi dan mencerahkan.

Skor 7/10

Komentar